sarasHijra

Mengompos Semudah 1, 2, 3

Posting Komentar

Bismillahirrahmanirrahim

Gak ada gambaran sebelumnya, emak bakal bersahabat dengan sampah. Sampah? Yang bau dan kotor itu? Yes. Eh gak juga dink. Sampah bisa gak bau dan gak kotor it depends on bagaimana kita memperlakukan sampah. Koentji-nya adalah pada pengelolaannya. Pemisahan sampah berdasarkan sifatnya bisa terurai secara alami atau tidak. Ya, setelah tau ilmunya kita sangat bisa bersahabat dengan sampah. Piye carane alias gimana caranya? Gass baca lanjutannya dan temukan cara mengompos semudah 1, 2, 3...

Prolog

Sampah Kota dan Permasalahannya

Dilansir dari  Analisa Daily berdasarkan data BPS diperkirakan bahwa jumlah sampah di tahun 2020 di 384 kota di Indonesia mencapai 80.235, 87 ton tiap harinya. Bukannya berkurang justru tumpukan sampah makin meninggi. Hal ini sangat memprihatinkan karena sampah terjadi karena kekurangpedulian warga untuk mengelolanya. 

Dampak langsung memang tak serta merta dirasakan menjadi kurangnya perhatian terhadap lingkungan. Padahal ini fenomena gunung es yang masalah sepertinya hanya tampak di permukaan tapi kenyataannya di balik itu segudang problem menanti. Seperti pencemaran udara, tanah, dan air, cuaca ekstrem seperti yang kita alami akhir-akhir ini. Yang terparah adalah kasus meledaknya TPA di Leuwi Gajah tahun 2005 yang menimbun dua perkampungan warga hingga menewaskan ratusan jiwa.

Sampah Adalah Tanggung Jawab Kita

Semoga tak akan terjadi lagi bencana serupa. Dimana anak cucu dan keturunan kita juga punya hak hidup sehat dan nyaman di bumi ini. Kalau bukan kita yang memulai, lalu siapa lagi? 

Mengompos Semudah 1, 2, 3

Bila kita mau berbuat sesuatu untuk bumi ini, mari mulai dengan sebuah niat baik bahwa segala sesuatunya perlu dipelajar dan ditekuni. Sudah siap berhitung? :)


Satu, perbarui definisi tentang sampah

Ini penting bestie. Sampah selama ini identik dengan kotor, bau, jelek, unfaedah kan ya. Maka itulah yang tersimpan di memori otak kita. Males ngurusin kan kalau bikin gak nyaman di telinga dan mata. Jadi mari kita perbarui definisinya menjadi sisa konsumsi rumah tangga. Lebih enak didengar pastinya.    

            

Lalu apa aja sisa konsumsi rumah tangga itu? Mereka dapat berupa kresek belanjaan dari tukang sayur atau pembungkus buble wrap belanjaan online kita atau kertas fotokopian atau bonggol sawi sendok. Dulu sebelum emak menjadi pejuang kompos, semua sisa konsumsi itu dibuang bercampur jadi satu dalam satu kresek. Terus dibuang ke TPA di sebrang jalan milik RT.     

Idealnya pak tukang sampah akan memisahkan sampah yang menumpuk jadi satu di TPA. Tapi kita gak bicara ideal ya bestie. Meski pemerintah menyediakan tong sampah berjumlah 3 atau minimal 2 dengan warna yang berbeda, hijau untuk organik, merah untuk non organik, tetap saja semua dibuang ke TPA. Sampah tumpah ruah jadi satu. Jadilah TPA menggunung dan bisa menjadi bom waktu. Kandungan  sampah organik dengan dominasi nitrogen lama-lama menghasilkan gas metan yang dapat meledak sewaktu-waktu. Hal ini sangat membahayakan lingkungan sekitarnya.

Karena kita gak bisa menuntut atawa menunggu pemerintah berbuat lebih banyak dalam mengurusi TPA, jadi marilah dari kita yang berubah. Apalagi dalam ajaran agama Islam, tugas memakmurkan bumi, menjaga lingkungan adalah termasuk ibadah. Sudah dapat pahala, lingkungan jadi bersih, in syaa Allah.

Dua, kuatkan azzam dan cari ilmunya.

         The strong why to manage rubbish is the important number two. Jika tak ada value yang bisa diraih mungkin mengompos hanya menjadi sebuah rencana, rencana, dan rencana. Maka cari tau apa yang membuat kita harus mengompos.

       Saat emak saras memulai mengompos, awalnya hanya sekedar menimbun sisa sayuran, kulit buah di tanah sempit depan rumah. Agar kembali terurai ke alam. Itu aja gak lebih. Selanjutnya emak seperti diarahkan Allah untuk gabung di zoom cara mengelola sampah rumah tangga. Nara sumbernya adalah Mbak DK Wardhani, lulusan pasca sarjana di bidang teknik lingkungan yang menjadi founder komunitas Belajar Zero Waste (BZW). Beliau menuturkan, sampah yang kita buang tak selesai sampai tong sampah saja tapi bagaimana akhirnya ia berakhir. Menjadi onggokan benda unfaedah yang justru menjadi bagian perusak lingkungan atau malah justru bermanfaat untuk bumi.

          Dari situlah mulai kepo gimana caranya ngompos. Bahkan buku Mengompos Itu Mudah karya Mbak DK Wardhani pun sudah emak borong demi menjadi guide ngompos. Beberapa webinar terkait ilmu mengompos dan IG para pejuang lingkungan juga emak follow.

           Inti dari mengompos adalah melakukan recycle atau daur ulang sisa konsumsi rumah tangga berupa bahan organik menjadi bentuk baru kompos yang bisa menyuburkan tanah atas izin Allah. Jadi pengompos adalah orang yang membantu alam mempercepat pembusukan dan penguraian bahan organik sehingga tak menumpuk tanpa guna. Justru dapat mengurangi pencemaran tanah. 

                


             Bismillah, emak memulai menjadi pejuang kompos dari Bulan Februari 2022. Ma syaa Allah hampiter ulang tahun yang pertama tak terasa. Berbekal dari buku, emak memulai dengan membeli pot plastik warna hijau berdiameter 30 cm sebagai komposter pertama, taraaaa…

Tiga, Praktik, Lakukan, dan Evaluasi

        Yes, the best way to practice your knowledge is do it. Lakukan, praktikan, bersabar dengan prosesnya lalu evaluasi. Dari pot plastic sebagai komposter atau wadah untuk ngompos, kalian butuh starter. Di bawah ini sedikit penjelasannya.

         Komposter

        Bisa dari bahan tembikar, pot plastik, ember bekas, tong, kantong beras, atau komposter yang sudah sengaja di-create pabrikan.

     Apabila kita memilih komposter aerob maka harus ada lubang yang memungkinkan oksigen masuk. Sebaliknya jika komposter anaerob yang kita pilih maka harus tertutup rapat. Karena emak saras membuat komposter perdana yang mudah bagi pemula maka jenis aerob bisa dipilih. Pot plastik yang emak beli diberi lubang dengan solder di dasar dan dinding pot sebesar 1-2 cm. Lubang ini memungkinkan pertukaran oksigen ke dalam komposter.

        Starter

       Adalah bahan awal yang disiapkan untuk memancing terjadinya kompos. Bahan untuk membuat starter adalah :

1.       Media tanam

2.       Pupuk kandang dan sekam kering

3.       Buah-buahan matang

4.       Bioaktivator, bisa EM4 (dibeli di toko pertanian) atau air gula jawa atau air cucian beras yang diendapkan selama 2 hari

Bahan di atas in syaa Allah bisa didapatkan di toko pertanian atau tanaman hias. Ukuran banyak sedikitnya tergantung dari besarnya komposter kita. Setelah bahan komposter siap maka campur jadi satu dan diamkan 3-4 hari dalam kondisi tertutup agar siap menguraikan sisa konsumsi organic rumah tangga kita.


Time To Ngompos

           Setelah starter siap dipakai maka inilah saat mengompos. Pastikan kita sudah memilah sisa konsumsi rumah tangga ya. Artinya bahan organik atau bahan alam yang mudah terurai kita pisahkan dari bahan non organik seperti kertas, plastik, beling, logam, dan lainnya.           

          Bahan organik yang bisa dikompos adalah potongan sayur, kulit buah, cangkang telur, daun bungkus makanan, sisa makanan. Pisahkan juga dari tulang ikan dan ayam karena dapat mengundang tikus merajah isi komposter. Adapun pengelolaan tulang ikan dan ayam bisa dimasukkan ke dalam lubang biopori yang khusus dibuat untuk mengurainya. Kapan-kapan kita bahas dalam tulisan terpisah ya bestie-ku.

          Setelah dipisahkan dan tak mengandung air, barulah bahan organik di atas dimasukkan ke dalam komposter lalu aduk rata. Bahan ini kita sebut sebagai bagian hijau atau Nitrogen ya.

        Kita perlu menambahkan bahan yang disebut sebagai bagian coklat atau Karbon ke dalam komposter. Apa saja bagian coklat itu? Gabah kering, daun kering, serbuk gergaji, atau sobekan kertas dos coklat (tanpa lapisan plastik yang menempel). Pilih yang mudah kamu beli atau dapatkan di dekat rumah ya.

           Nah, kunci agar kompos kita gak bau atau tidak banyak rayap maka ingat rumus ini.

                3 : 1 = 3 bagian Karbon : 1 bagian Nitrogen

        Artinya setiap kita memasukkan 1 bagian organik seperti cangkang telur, kulit buah, daun pisang pembungkus lontong maka masukkan 3 bagian gabah kering dan aduk rata. Bagitu seterusnya hingga kompos mencapai 2/3 bagian komposter.

        Aduk secara berkala untuk memasukkan oksigen ke dalam adonan kompos. Bila terlalu kering, emak biasa tambahkan air cucian beras yang sudah diendapkan 2 harian. Bila terlalu basah, tambahkan saja gabah kering atau sobekan kertas dos coklat. Jangan lupa sering diaduk agar merata proses penguraiannya.

           Lalu kapan bisa dipanen?

          Tergantung bahan organik yang dimasukkan ke komposter. Bisa 3 sampai 6 bulan.

           Apa ciri-ciri kompos layak panen?

       Ketika teksturnya makin kecil dan halus, sudah tak menyerupai bentuk aslinya (misal dulunya kulit pisang sekarang berupa serpihan kecil) , dan berwarna hitam pekat. Mirip tanah humus yang ada di dalam hutan.  

      Setelah dipanen, kompos jangan langsung diberikan ke tanaman karena terlalu kuat nutrisinya malah bisa membuat tanaman mati. Angin-anginkan dahulu 2-3 hari baru siap digunakan. Dari pengalaman emak mengompos, ada bagian kompos yang belum sempurna penguraiannya, gapapa pisahkan aja. Lalu bisa jadi starter untuk komposter yang baru. Ulangi lagi proses mengomposnya. 

            Hasil Kompos

            Tanaman yang diberi kompos, atas izin Allah makin subur. 
   
            "Gemuk-gemuk tangkainya, " kata Ibunda emak. 

Mengompos Itu Mudah, Mari Beristiqomah

             Mudah kan?

          Yang sulit adalah menunda-nunda untuk memulai. Bila alami kendala, bisa bertanya pada ahlinya atau bergabung dalam komunitas pengompos sehingga dapat saling menguatkan.

        Masing bingung? Wajar kan baru mau mulai… Kontak emak saras saja via wa di 081328770030, in syaa Allah kita belajar bersama. Selamat mencoba dan menjadi bagian dari penjaga bumi.

           Jadi keinget pesan Mbak Dini, bumi ini tak butuh ibu yang sempurna. Bumi ini butuh ibu yang mau berubah. Berubah untuk menerapkan gaya hidup minim sampah.

              Semoga Allah meridhoi dan menolong kita, aamiin

 

Saras Hijrah
Seorang ibu pembelajar yang sadar akan kekurangan dirinya dan terus menempa diri menjadi seseorang yang bermanfaat bagi diri dan lingkungan

Related Posts

Posting Komentar